Kamu tentu sudah tidak asing mendengar contoh prototype atau prototipe. Prototype atau purwarupa merupakan istilah untuk produk versi awal sebelum diluncurkan, tujuannya untuk menguji produk apakah layak rilis atau tidak. Namun, sebelum membahas ini, silahkan isi terlebih dahulu pertanyaan pemantik berikut ini ya!!
Apa itu prototype produk?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring (online) prototype, prototipe atau purwarupa adalah model yang mula-mula (model asli) yang menjadi contoh; contoh baku; contoh khas. Sedangkan menurut laman Indeed, prototype juga merupakan cara untuk menciptakan model kerja untuk menguji nilai atau konsepnya. Nah, proses membuat prototype disebut prototyping. Prototyping adalah proses dasar untnuk mengembangkan produk baru melalui perwujudan fisik dari sebuah ide.
Prototype adalah model pertama dari suatu produk yang menunjukkan kegunaan produk tersebut. Prototype bertindak sebagai model awal tiga dimensi, yang menggambarkan kemampuan suatu produk atau masalah yang dapat diatasi oleh produk tersebut. Dengan adanya prototipe ini, tim pengembang dapat lebih dulu mengidentifikasi berbagai kekurangan atau kesalahan pada produk sebelum diluncurkan ke calon konsumen.
Setelah membaca tentang pengertian prototype di atas, silahkan Anda tuliskan pengertian prototype berdasarkan produk yang Anda buat pada form di bawah ini.
Tujuan prototype
Dilansir dari laman Indeed, prototype bertujuan untuk membantu desainer untuk mewujudkan konsep ke sesuatu yang fungsional dengan sketsa dasar dan material kasar, jika prototype digambar. Dengan prototype, desainer, engineer, atau tim bisnis dapat sama-sama memahami model kerja sebuah produk untuk dites sebelum disetujui untuk diproduksi secaramassal.
Tidak hanya itu, melalui proses prototype, tim dapat menyelesaikan masalah dan mencoba desain baru sebelum masuk ke tahap final. Di samping itu, adanya prototyping, perusahaan dapat menghemat biaya dan waktu untuk mengurangi risiko eror atau kesalahan saat produk diluncurkan. Jadi tidak perlu lagi “bolak-balik” untuk testing atau perbaikan ketika produk sudah di pasaran.
Jenis dan contoh prototype produk
Dari segi kategorisasi, terdapat tiga jenis prototype, yakni paper prototype, low-fidelity prototype, dan high-fidelity prototype.
1. Prototipe kertas (paper prototype)
Jenis prototipe ini dibuat menggunakan bahan sederhana seperti kertas, pensil, dan elemen tambahan seperti potongan karton atau stiker. Kesederhanaan menjadi keunggulan utama paper prototype, membuatnya mudah dan cepat dibuat. M
Meskipun sederhana, paper prototype tetap efektif untuk menyampaikan ide desain produk dan mengidentifikasi potensi kekurangan dalam tampilan atau fungsionalitas.
2. Prototype kasar (low fidelity prototype)
Low fidelity prototype menawarkan lebih banyak detail dibandingkan paper prototype. Biasanya, prototipe ini berbentuk sketsa hitam putih yang lebih rinci dari produk. Contoh penerapan low fidelity prototype adalah untuk memvisualisasikan alur penggunaan produk, menguji fungsionalitas, dan mengevaluasi user experience.
3. High fidelity prototype
High fidelity prototype umumnya digunakan dalam tahap pengujian akhir (final test) sebelum produk diproduksi massal. Prototipe ini dibuat dengan tampilan yang mendekati produk asli, memungkinkan pengguna untuk melihat dan mencoba produk layaknya produk final.
Sementara itu, dari segi cara mewujudkan prototype, terdapat 10 jenis. Dilansir dari laman Entrepreneur, terdapat beberapa jenis prototype, mulai dari storyboard, animasi, mock-up, wireframe, simulasi, film, feasibility prototyping, prototype horizontal, prototype rapid, dan prototype vertikal. Berikut pembahasan singkatnya yakni sebagai berikut.
a. Storyboard
Jenis prototype dengan bantuan storyboard dapat mendeskripsikan sebuah calon produk dengan cerita dan menunjukkannya dengan urutan-urutan tertentu. Hasilnya, informasi tentang sebuah prototype akan jauh lebih rinci dan tergambar secara visual.
b. Animasi
Jenis prototype dengan bantuan animasi dapat mendeskripsikan sebuah calon produk melalui gambar tiga dimensi (3D). Dapat dikatakan, cara ini membuat calon produk seolah-olah menjadi nyata.
c. Mock-up
Kemudian, jenis prototype dengan mock-up sebenarnya hampir sama dengan animasi, namun ini versi lebih detail, meski fitur-fiturnya belum aktif. Dengan mock-up, kamu dapat membuat contoh prototype jadi lebih nyata dan interaktif lho.
d. Wireframe
Jenis prototype dengan wireframe sebenarnya menggambarkan calon produk dari rangka-rangkanya, meskipun menggunakan ilustrasi atau skema.
Dengan menggunakan wireframe, kamu bisa menggambarkan calon produk berupa layout, urutan atau sequence, arsitektur, dan bentuk-bentuknya.
e. Simulasi
Jenis prototype dengan simulasi menggambarkan calon produk secara digital. Tujuannya, untuk memprediksi performa calon produk ketika diluncurkan di dunia nyata.
f. Film atau video
Nah, jenis prototype dengan film atau video, ini termasuk wujud nyata dari storyboard, namun dengan versi audiovisual. Alhasil, kamu dapat melihat langsung prototype produk lebih nyata.
g. Feasibility prototyping
Jenis prototype dengan feasibility prototyping biasanya digunakan untuk menentukan kelayakan calon produk dengan solusi-solusi yang beragam.
Nah, dengan menggunakan feasibility prototype, kamu dapat mengatasi risiko teknis dalam pengembangan calon produk tersebut, baik dari segi performa, kompatibilita, fitur-fitur, dan sebagainya.
h. Prototype horizontal
Jenis prototype horizontal merupakan jenis pengembangan calon produk memperjelas ruang lingkup dan syarat-syarat di dalamnya.
Biasanya jenis prototyping ini digunakan untuk menguji tampilan antar muka (user interface) dalam bentuk gambar tangkapan layar (screenshot), serta menunjukkan layer terluar seperti windows, menu, dan layar.
i. Prototype rapid
Jenis prototype rapid biasanya digunakan para engineer untuk mengawali model sebuah calon produk dengan desain 3D. Cara ini termasuk yang tercepat untuk memproduksi aplikasi, web, atau produk lainnya dalam jangka pendek.
j. Prototype vertikal
Terakhir adalah jenis prototype vertikal, yang merupakan jenis prototyping di bagian back end sebuah calon produk, misalnya database.
Dengan adanya prototype vertikal ini, engineer atau desainer dapat memperbaiki desain database atau komponen-komponen lainnya di tahap awal.
Cara membuat prototype produk
Mungkin Anda sudah menuangkan idenya di atas kertas atau bahkan sudah memiliki konsep awal yang matang. Sekarang, saatnya Anda mengubah konsep awal tersebut menjadi prototipe yang fungsional.
1. Buat sketsa atau diagram detail
Langkah pertama dalam membuat prototipe adalah membuat sketsa konsep atau diagram yang detail. Tujuannya adalah untuk menangkap sebanyak mungkin ide Anda secara visual.
Idealnya, Anda perlu membuat dua sketsa konsep:
Sketsa desain: Menunjukkan bagaimana produk akan terlihat setelah selesai.
Sketsa teknis: Menunjukkan dimensi produk, bahan yang digunakan, dan cara kerjanya.
Anda dapat menggunakan software untuk membuat sketsa ini, tetapi gambar di atas kertas juga bisa efektif. Bahkan, sketsa tangan bisa lebih memudahkan Anda saat mengajukan paten nanti. Jangan ragu untuk bereksperimen dan berkreasi pada tahap ini.
2. Buat model 3D (opsional)
Langkah selanjutnya adalah memindahkan sketsa konsep Anda ke perangkat lunak pembuat model 3D. Ini akan membantu Anda (dan pihak ketiga seperti investor atau mitra) untuk memvisualisasikan produk dengan lebih baik. Anda juga dapat menggunakan model ini untuk membuat cetakan 3D dari prototipe Anda.
Keuntungan lain dari model 3D adalah Anda dapat menggunakan aplikasi augmented reality (AR) untuk melihatnya di dunia nyata. Ini akan menunjukkan ukuran, bentuk, dan desain produk. Namun, biaya pembuatannya bisa jadi mahal bagi bisnis kecil yang baru merintis.
3. Ciptakan “Proof of Concept”
Cara membangun “proof of concept” pertama Anda akan tergantung pada beberapa faktor. Jika Anda memiliki produk sederhana yang sudah dimodelkan dalam perangkat lunak 3D, Anda cukup mencetaknya menggunakan printer 3D untuk membuat “proof of concept”.
Namun, jika Anda memiliki produk kompleks dengan banyak komponen mekanis atau elektronik, Anda perlu berimprovisasi lebih keras. Ingat bahwa “proof of concept” tidak harus terlihat bagus atau menyerupai produk jadi. Yang penting, fungsinya harus berjalan.
Anda bahkan dapat menggunakan barang-barang rumah tangga biasa untuk membuat model tahap awal ini. Untuk produk yang lebih kompleks, Anda mungkin perlu bantuan dari tukang atau ahli.
4. Buat prototipe pertama Anda
“Proof of concept” menunjukkan bahwa produk Anda berfungsi. Model 3D Anda menunjukkan seperti apa tampilannya. Langkah selanjutnya adalah menggabungkan pengalaman yang didapat dari “proof of concept” dan model 3D untuk membuat prototipe pertama Anda.
Model yang dihasilkan harus cukup detail, terlihat seperti produk final Anda, dan memiliki fungsi yang sama. Terkadang, Anda tidak bisa membuat prototipe pertama ini sendirian. Anda mungkin memerlukan bantuan dari desainer prototipe khusus, tergantung pada tingkat kerumitannya.
5. Buat prototipe siap produksi
Langkah terakhir sebelum mulai produksi adalah menyederhanakan prototipe pertama dan membuatnya siap diproduksi. Ini melibatkan analisis biaya dan kelayakan, memeriksa setiap bagian untuk menemukan cara mengurangi biaya tanpa mengorbankan fungsi, serta meningkatkan estetika dan durabilitas produk.
Bekerjasamalah dengan produsen untuk memahami bagaimana komponen mempengaruhi biaya dan kualitas, serta menilai bahan baku yang lebih estetis. Tujuannya adalah menemukan keseimbangan antara biaya dan kualitas sesuai target konsumen. Setelah memiliki prototipe siap produksi, Anda bisa mencari produsen dan mulai memasarkan ide Anda.
Cara kerja prototype
Dilansir dari laman scaler, terdapat empat langkah untuk membuat prototype, mulai dari mengumpulkan informasi dan analisis, membuat keputusan awal yang cepat, membangun prototype, melakukan evaluasi pengguna, menyempurnakan prototype, hingga membangun produk final beserta pemeliharaannya.
1. Mengumpulkan informasi dan analisis
Tahap pertama yakni mengumpulkan informasi dan analisis sebelum membuat prototype. Pada tahap ini, kamu dapat mewawancarai atau melakukan survei terhadap pengguna untuk mengumpulkan dan mendefinisikan persyaratan yang dibutuhkan untuk membangun sebuah produk, disertai dengan analisis teknis yang diperlukan.
2. Membuat keputusan awal dengan cepat
Tahap kedua yakni membuat keputusan awal dengan cepat terhadap produk yang akan dirancang. Tahap ini memungkinkan kamu untuk merancang kasar sebuah calon produk melalui prototype. Karena sifatnya baru ide, jadi kamu akan menyempurnakannya di tahap selanjutnya.
3. Membangun prototype
Tahap ketiga yakni membangun prototype. Beda dengan tahap kedua, di tahap ketiga ini, kamu menyempurnakan ide-ide kasar yang telah mendapat masukan dari tim.
Di tahap ketiga, kamu dapat merancang prototype dengan tools tertentu, misalnya Figma, Adobe XD, dan lainnya. Tenang saja, karena ini masih tahap membangun, kamu dapat mencicilnya kok.
4. Melakukan evaluasi pengguna
Tahap keempat yakni melakukan evaluasi pengguna. Di tahap ini, kamu sudah mempresentasikan prototype ke pengguna, setidaknya ke tim kamu, mulai dari kekuatan, kelebihan, hingga kesempatan untuk memperbaiki prototype lebih baik. Setelah itu, kamu bisa lanjut ke tahap berikutnya.
5. Menyempurnakan prototype
Tahap kelima yakni menyempurnakan prototype. Di tahap ini, segala masukan dan kritik dari pengguna atau tim dapat kamu dapat diimplementasikan ke produk.
Tidak hanya itu, pada tahap ini, kamu akan mengulang tahap-tahap sebelumnya untuk memastikan produk tersebut layak diluncurkan.
6. Membangun produk final dan pemeliharaannya
Tahap keenam yakni membangun produk final dan pemeliharaannya. Setelah memperbaiki produk di tahap-tahap sebelumnya, kamu dapat menyempurnakan produk secara final, beserta dengan pemeliharaan (maintenance)-nya.
Nah, itulah pembahasan singkat mengenai definisi hingga contoh prototype. Semoga informasi ini dapat membantu kamu dalam membuat prototype pertama kamu ya!
PROJEK PROTOTYPE PRODUK
Setelah mempelajari materi di atas, Anda diminta untuk membuat sebuah prototype sebuah produk dengan rincian sebagai berikut:
- Projek dikerjakan secara kelompok, 1 kelompok terdiri dari 3-4 orang.
- Setiap kelompok membuat desain/rancangan produk berupa kaos sablon, mug, stiker, pin, gantungan kunci, undangan, kartu nama (Minimal 3 produk yang dipilih)
- Kumpulkan prototype tersebut pada link di bawah ini
Kesimpulan
Silahkan buat kesimpulan dengan menggunakan google slide di bawah ini.
No comments:
give comment ya